SEBAGAI pembuka wacana, ada baiknya
kita kutip amanat Presiden Soekarno pada peringatan maulid Nabi Muhammad saw.
di Stadion Gelora Bung Karno, Senayan, tanggal 6 Agustus 1963 (Penerbitan
Sekretariat Negara No. 618/1963).
"Sore-sore saya dibawa oleh Presiden Suriah Sukri al-Kuwatly ke makam
Salahuddin. Lantas Presiden Kuwatly bertanya kepada saya, apakah Presiden
Soekarno mengetahui siapa yang dimakamkan di sini? Saya berkata, saya tahu, of
course I know. This is Salahuddin, the great warrior, kataku. Presiden Kuwatly
berkata, tetapi ada satu jasa Salahuddin yang barangkali Presiden Soekarno
belum mengetahui. What is that, saya bertanya. Jawab Presiden Kuwatly,
Salahuddin inilah yang mengobarkan api semangat Islam, api perjuangan Islam
dengan cara memerintahkan kepada umat Islam supaya tiap tahun diadakan perayaan
maulid nabi.
Jadi sejak Salahuddin tiap-tiap tahun umat Islam memperingati lahirnya, dan
dikatakan oleh Pak Mulyadi tadi, juga wafatnya Nabi Muhammad saw. peringatan
maulid nabi ini oleh Salahuddin dipergunakan untuk membangkitkan semangat
Islam, sebab pada waktu itu umat Islam sedang berjuang mempertahankan diri
terhadap serangan-serangan dari luar pada Perang Salib. Sebagai strateeg besar,
saudara-saudara, bahkan sebagai massapsycholoog besar, artinya orang yang
mengetahui ilmu jiwa dari rakyat jelata, Salahuddin memerintahkan tiap tahun
peringatilah maulid nabi.
Sebagaimana dijelaskan dalam amanat Bung Karno di atas, peringatan maulid nabi
untuk pertama kalinya dilaksanakan atas prakarsa Sultan Salahuddin Yusuf
al-Ayyubi (memerintah tahun 1174-1193 Masehi atau 570-590 Hijriah) dari Dinasti
Bani Ayyub, yang dalam literatur sejarah Eropa dikenal dengan nama "Saladin".
Meskipun Salahuddin bukan orang Arab melainkan berasal dari suku Kurdi, pusat
kesultanannya berada di Qahirah (Kairo), Mesir, dan daerah kekuasaannya
membentang dari Mesir sampai Suriah dan Semenanjung Arabia.
Pada masa itu dunia Islam sedang mendapat serangan-serangan gelombang demi
gelombang dari berbagai bangsa Eropa (Prancis, Jerman, Inggris). Inilah yang
dikenal dengan Perang Salib atau The Crusade. Pada tahun 1099 laskar Eropa
merebut Yerusalem dan mengubah Masjid al-Aqsa menjadi gereja! Umat Islam saat
itu kehilangan semangat perjuangan (jihad) dan persaudaraan (ukhuwah), sebab
secara politis terpecah-belah dalam banyak kerajaan dan kesultanan, meskipun
khalifah tetap satu, yaitu Bani Abbas di Bagdad, sebagai lambang persatuan
spiritual.
Menurut Salahuddin, semangat juang umat Islam harus dihidupkan kembali dengan
cara mempertebal kecintaan umat kepada nabi mereka. Dia mengimbau umat Islam di
seluruh dunia agar hari lahir Nabi Muhammad saw., 12 Rabiul Awal, yang setiap
tahun berlalu begitu saja tanpa diperingati, kini dirayakan secara massal.
Sebenarnya hal itu bukan gagasan murni Salahuddin, melainkan usul dari iparnya,
Muzaffaruddin Gekburi, yang menjadi atabeg (semacam bupati) di Irbil, Suriah
Utara. Untuk mengimbangi maraknya peringatan Natal oleh umat Nasrani,
Muzaffaruddin di istananya sering menyelenggarakan peringatan maulid nabi, cuma
perayaannya bersifat lokal dan tidak setiap tahun. Adapun Salahuddin ingin agar
perayaan maulid nabi menjadi tradisi bagi umat Islam di seluruh dunia dengan tujuan
meningkatkan semangat juang, bukan sekadar perayaan ulang tahun biasa.
Pada mulanya gagasan Salahuddin ditentang oleh para ulama, sebab sejak zaman
Nabi peringatan seperti itu tidak pernah ada. Lagi pula hari raya resmi menurut
ajaran agama cuma ada dua, yaitu Idulfitri dan Iduladha. Akan tetapi Salahuddin
menegaskan bahwa perayaan maulid nabi hanyalah kegiatan yang menyemarakkan
syiar agama, bukan perayaan yang bersifat ritual, sehingga tidak dapat
dikategorikan bid`ah yang terlarang. Ketika Salahuddin meminta persetujuan dari
Khalifah An-Nashir di Bagdad, ternyata khalifah setuju. Maka pada ibadah haji
bulan Zulhijjah 579 Hijriyah (1183 Masehi), Sultan Salahuddin al-Ayyubi sebagai
penguasa Haramain (dua tanah suci Mekah dan Madinah) mengeluarkan instruksi
kepada seluruh jemaah haji, agar jika kembali ke kampung halaman masing-masing
segera menyosialkan kepada masyarakat Islam di mana saja berada, bahwa mulai
tahun 580 Hijriah (1184 Masehi) tanggal 12 Rabiul-Awwal dirayakan sebagai hari
maulid nabi dengan berbagai kegiatan yang membangkitkan semangat umat Islam.
Salah satu kegiatan yang diadakan oleh Sultan Salahuddin pada peringatan maulid
nabi yang pertama kali tahun 1184 (580 Hijriah) adalah menyelenggarakan
sayembara penulisan riwayat Nabi beserta puji-pujian bagi Nabi dengan bahasa
yang seindah mungkin. Seluruh ulama dan sastrawan diundang untuk mengikuti
kompetisi tersebut. Pemenang yang menjadi juara pertama adalah Syaikh Ja`far
al-Barzanji. Karyanya yang dikenal sebagai Kitab Barzanji sampai sekarang
sering dibaca masyarakat di kampung-kampung pada peringatan maulid nabi.
Ternyata peringatan maulid nabi yang diselenggarakan Sultan Salahuddin itu
membuahkan hasil yang positif. Semangat umat Islam menghadapi Perang Salib
bergelora kembali. Salahuddin berhasil menghimpun kekuatan, sehingga pada tahun
1187 (583 Hijriah) Yerusalem direbut oleh Salahuddin dari tangan bangsa Eropa,
dan Masjid al-Aqsa menjadi masjid kembali sampai hari ini.
Jika kita membuka lembaran sejarah penyebaran Islam di Pulau Jawa, perayaan
maulid nabi dimanfaatkan oleh para Wali Songo untuk sarana dakwah dengan
berbagai kegiatan yang menarik masyarakat agar mengucapkan syahadatain (dua
kalimat syahadat) sebagai pertanda memeluk Islam. Itulah sebabnya perayaan
maulid nabi disebut Perayaan Syahadatain, yang oleh lidah Jawa diucapkan
Sekaten.
Dua kalimat syahadat itu dilambangkan dengan dua buah gamelan ciptaan Sunan
Kalijaga, Kiai Nogowilogo dan Kiai Gunturmadu, yang ditabuh di halaman Masjid
Demak pada waktu perayaan maulid nabi. Sebelum menabuh dua gamelan tersebut,
orang-orang yang baru masuk Islam dengan mengucapkan dua kalimat syahadat
terlebih dulu memasuki pintu gerbang "pengampunan" yang disebut
gapura (dari bahasa Arab ghafura, "Dia mengampuni").
Pada zaman kesultanan Mataram, perayaan maulid nabi disebut Gerebeg Mulud. Kata
gerebeg artinya "mengikuti", yaitu mengikuti sultan dan para pembesar
keluar dari keraton menuju masjid untuk mengikuti perayaan maulid nabi, lengkap
dengan sarana upacara, seperti nasi gunungan dan sebagainya. Di samping Gerebeg
Mulud, ada juga perayaan Gerebeg Poso (menyambut Idulfitri) dan Gerebeg Besar
(menyambut Iduladha).
Keunikan suku Quraisy
Hal yang menarik untuk kita kaji adalah mengapa nabi dan rasul terakhir bagi
umat manusia dibangkitkan Allah dari kalangan suku Quraisy di Semenanjung
Arabia? Jawaban atas pertanyaan ini diberikan oleh Allah sendiri dalam Alquran
Surat Quraisy ayat pertama dan kedua yang berbunyi, "Karena tradisi suku
Quraisy. Tradisi mereka mengembara di musim dingin dan di musim panas".
Kota suci Mekah pada mulanya bernama Baka atau Bakkah, sebagaimana tercantum
dalam Ali Imran 96. Dalam bahasa Arab, kata baka mempunyai dua arti,
"berderai air mata" dan "pohon balsam". Arti yang pertama
berhubungan dengan gersangnya daerah itu sehingga seakan-akan tidak memberikan
harapan, dan arti yang kedua berhubungan dengan banyaknya pohon balsam (genus
commiphora) yang tumbuh di sana. Oleh karena huruf mim dan ba sama-sama huruf
bilabial (bibir), nama Bakkah lama-kelamaan berubah menjadi Makkah.
Karena kota Mekah sangat gersang, orang-orang Quraisy penghuni kota itu tidak
mungkin hidup dari sektor agraris (pertanian), melainkan harus mengembangkan
sektor bisnis (perdagangan). Dibandingkan suku-suku lain di Semenanjung Arabia,
suku Quraisy memiliki watak istimewa, tahan segala cuaca! Mereka memiliki
tradisi (ilaf) gemar mengembara baik di musim dingin maupun di musim panas
untuk berniaga.
Pada mulanya sebagian besar suku Quraisy memusuhi Islam sehingga Nabi Muhammad
saw. dan para pengikut beliau harus meninggalkan kampung halaman berhijrah ke
Madinah. Akan tetapi akhirnya seluruh orang Quraisy memeluk agama Islam,
terutama setelah Rasulullah menguasai Mekah. Tradisi gemar mengembara dari suku
Quraisy merupakan salah satu faktor yang ikut mempercepat penyebaran agama
Islam. Hanya satu abad sesudah nabi wafat, pada pertengahan abad ke-8 kekuasaan
Islam membentang dari Spanyol sampai Xinjiang.
Rupanya sudah menjadi sunnatullah (hukum Ilahi) bahwa suatu ide atau ajaran
akan cepat berkembang luas apabila disebarkan oleh orang-orang yang gemar
mengembara. Dalam sejarah tanah air kita, organisasi Muhammadiyah memiliki
pengalaman serupa. Pada zaman pendirinya, K.H. Ahmad Dahlan, organisasi dakwah
yang lahir di Yogyakarta ini baru tersebar di Pulau Jawa. Muhammadiyah segera
berkembang cepat ke seluruh Nusantara setelah disebarkan oleh dua suku
pengembara, orang-orang Minangkabau dan orang-orang Bugis.
Gersangnya daerah Mekah membawa hikmah lain, dua kekuatan adikuasa pada zaman
Nabi Muhammad saw., yaitu Romawi dan Persia, tidak berminat untuk menguasai
Mekah. Demikian pula ketika pada abad ke-19 dan awal abad ke-20 kolonial
Inggris dan Prancis berbagi kekuasaan di Timur Tengah, daerah Mekah sama sekali
tidaklah mereka jamah. Dari zaman nabi sampai sekarang, Kakbah (Rumah Allah)
tidak pernah berada di bawah dominasi kekuasaan kelompok non-Muslim.
Ketika Nabi Ibrahim a.s. dan putera beliau Nabi Ismail a.s. mendirikan Rumah
Allah, yaitu Kakbah sekarang, Nabi Ibrahim a.s. berdoa, "Ya Tuhanku,
jadikanlah negeri ini aman sentosa, dan anugerahkanlah rezeki dari buah-buahan
kepada penduduknya yang beriman di antara mereka kepada Allah dan hari
akhirat." (Surat Al-Baqarah 126). Doa Nabi Ibrahim a.s. tersebut
dikabulkan oleh Allah secara kontinu sampai hari ini! Meskipun tanah Mekah
gersang dan tidak memproduksi buah-buahan, para jemaah haji dapat menyaksikan
sendiri bahwa buah-buahan apa pun jenisnya dapat kita jumpai di Mekah, mulai
dari anggur Prancis sampai pisang Ekuador.
Air pun kini berlimpah di Mekah. Di samping sumber telaga Zamzam yang tidak
pernah kering, pemerintah Arab Saudi menggunakan teknologi modern dalam
menyediakan air bersih dari hasil penyulingan (destilasi) air laut. Dengan
teknologi tinggi yang disebut flash distillation, tekanan diturunkan sedemikian
rupa sehingga air laut mendidih pada suhu 50 derajat Celsius, lalu uap air yang
sudah terpisah dari garam-garam dilewatkan melalui alat pengembun (kondensor)
supaya cair kembali. Proses ini cukup murah sebab hemat energi. Di Jeddah pabrik
penyulingan air laut semacam ini memproduksi 50 juta liter air bersih per hari,
dan sebagian besar disalurkan ke Kota Mekah untuk keperluan para jemaah haji.
Sebagai penutup uraian, ada tiga kesimpulan yang patut kita petik. Pertama,
perayaan maulid nabi kita selenggarakan untuk meningkatkan semangat juang dan
sebagai alat dakwah. Kedua, Nabi dan rasul terakhir Muhammad saw. sengaja
dibangkitkan Allah dari kota Mekah yang gersang, yang penduduknya bersifat
gemar mengembara, untuk efektivitas penyebaran agama Allah. Ketiga, Allah
senantiasa menganugerahi Mekah bahan makanan dan air yang berlimpah, serta
melindungi kota suci itu dari dominasi kekuasaan kelompok lain. Mahabenar Allah
dengan segala firman-Nya.